Kamis, 02 April 2015

Upacara Masa kelahiran dan Masa Bayi (Tradisi Jawa Timur)

     Ini adalah postingan tentang bagaimana adat istiadat seputar upacara masa kelahiran dan masa bayi dari daerah Jawa Timur.    

    Apabila seorang wanita yang hamil sudah merasakan ada tanda-tanda bahwa ia akan melahirkan, maka ia memberitahukan 1 keluarganya. Pada saat itu juga dipanggil seorang dukun bayi unti nolongnya. Setelah dukun datang, maka wanita yang akan mela itu dicarikan tempat dan disuruh menghadap ke arah tertentu ya n urut perhitungan kepercayaan (Jawa : Petung) menurut hari ke pasaran, perhitungan Jawa dianggap baik. Setelah orang yang ak lahirkan telah duduk di tempat yang ditentukan tadi, maka duku segera menyuruh menguraikan rambut, melonggarkan kain, melep hiasan serta melepas ikat pinggang. Di samping itu semua benda dan jendela, yang tertutup harus dibuka. Hal itu semua dilakukan « harapan agar bayi lahir dengan mudah. Kemudian orang yang mek tadi badannya disandarkan pada suaminya yang telah duduk dibe^ nya. Kemudian si suami disuruh menahan badan isterinya dan mei bus ubun-ubunnya sebanyak 3 kali. Pekerjaan ini disebut nyun yang maksudnya untuk membantu lancarnya kelahiran. Pada nyundhang, suami tersebut hanya memakai sarung dan tidak m celana dalam. Sementara itu dukun bayi membetulkan letak b ngan jalan memijit-mijit perut wanita yang ditolongnya sambil ucapkan doa. agar bayi lekas lahir.
  • Ibu yang akan melahirkan itu disuruh minta maaf kepada nya, orang tuanya dan mertuanya
  • Ibu yang akan melahirkan disuruh minum bekas air ren ari-ari kucing.
  • Ibu yang akan melahirkan disuruh minum rendaman kulit kijang
  • Ibu yang akan melahirkan disuruh minum perasan daun sepatu
  • Ada sementara orang, bila isterinya mengalami kesulitan dalam melahirkan, maka suaminya’ disuruh menyiram alat vitalnya (kemaluannya), kemudian air bekasnya disuruh meminum isteri­nya.

  Apabila di dalam melahirkan itu mengalami kesukaran bayi tidak lekas lahir, maka diusahakan syarat-syarat untuk mer agar bayi segera lahir. Syarat-syarat dimaksud antara lain :


    Apabila bayi telah lahir dan tembuni (Jawa : ari-ari) telah keluar, maka dukun bayi segera memotong usus yang menghubungkan pusat (Jawa : puser) si bayi dengan ari-ari. Alat yang dipergunakan untuk me­motong tali pusat itu ialah sebilah sembilu yang disebut welat. Ada kalanya sebelum dipotong, tali pusat itu diikat dengan benang yang mak­sudnya agar darah tidak banyak yang keluar. Sebagai alas untuk me­motong tali pusat itu adalah kunyit, Luka bekas potongan itu diobati dengan ramuan yang terdiri dari kunyit, kapur, daun sirih yang dilumat­kan terlebih dahulu. Setelah bayi itu dimandikan dengan air suam- suam kuku, kemudian digedhong yaitu dibalut dengan kain putih bersih, ubun-ubunnya diberi pupuk yang terdiri dari ramuan, jamu tradisional yang terdiri dari : cengkih, adas, bawang merah, bawang putih, yang di­lumatkan. Selanjutnya bayi tersebut ditidurkan di tempat yang telah di­sediakan yaitu di balai-balai (Jawa: amben). Kemudian dukun bayi memukul balai-balai tiga kali (pekerjaan ini dalam bahasa Jawa disebut : nggebrak). Maksudnya agar si bayi kelak kalau sudah besar tidak menjadi anak yang mudah terkejut dan bingung.

      Setelah bayi selesai dirawat, maka dukun bayi segera memandi­kan ibu yang melahirkan itu dengan air suam-suam kuku. Selanjutnya dipijat (Jawa : diurut) dan seluruh badan diberi param yang ramuannya sama dengan pupuk bayi. Kemudian ibu itu disuruh memakai gurita dan bengkung, lalu disuruh tidur bersandar pada bantal-bantal yang di- tump uk ( Jawa : sendhen ) dengan menjelujurkan kaki lurus-lurus. Mak­sudnya supaya jalannya darah lancar dan menghindari varises. Setiap pagi mandi wuwung yaitu mandi dengan menyiram seluruh anggota badan. Hal ini dilakukan selama 40 hari. Maksudnya supaya air susu keluar deras dan darah putih tidak naik.

Sumber : JawaTimuran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar